Rabu, 7 April 2010
Tepat di Hari lahir keponakannya.
Emak :
Kenapa dengan teman mu Yud, Kok langsung nyelonong
pergi?
Yudi :
Sepertinya kesal dia Mak.
Emak :
Kesal kenapa? Sudah bilang terimakasih?
Yudi :
Sudah Mak, tapi disitulah masalahnya, sepertinya terimakasih aja tidak cukup.
Emak : Loh, Bukannya kamu pernah donor darah juga
Yud? kamu juga cuma dapat Air mineral dan kue juga kan?
Yudi : Ia Mak, tapi Yudi lain. Yudi donor langsung kalau sudah tiga bulan, bukan atas permintaan keluarga yang sakit, jadi memang tidak
pernah dapat uang.
Emak : Jadi kalau donor atas permintaan orang,
wajib kasih uang?
Yudi : Tidak Mak, sebenarnya ikhlas. Tapi donor
darah itu kan katanya cukup menghabiskan tenaga dan membuat lemas. Jadi sudah
menjadi kebiasaan bagi keluarga yang sakit untuk memberi “amplop” untuk pendonor
Mak.
Emak : Lalu
kenapa kamu mau donor gratis? Tanpa uang, apa kamu tak lemas?
Yudi : Lemas lah mak, tapi banyak kok yang donor
sukarela per tiga bulan sekali seperti Yudi. Asal cukup makan, besok tenaga
balik lagi. Lagian gak tega Mak, sudah terlalu banyak uang yang mesti
dikeluarkan orang sakit.
Emak : (tersenyum)
Nanti usahakan kamu minta maaf sama teman mu itu ya. Bilang kita tak punya
uang, kamu kan tau sendiri kalau biaya bersalin kakak mu pun di bayar
pemerintah.
Yudi : Iya Mak
Emak : Ya sudah, Emak mau lihat kakak mu, apa sudah
berhenti pendarahannya. Oh ya, telfon abang ipar mu, tanya sudah sampai mana
dia?
Yudi : Iya. Mak, ini resep dokter untuk obat
kakak
Emak : (Menghembuskan
nafas panjang sambil melihat beberapa lembar uang yang tersisa di dompet, lalu
beranjak ke apotek)
**********************************************************************************************************
Selasa, 14
Agustus 2012
1 Jam Setelah
kecelakaan Emak. Pukul 14:00
Dokter : Maaf, ibu anda perlu transfusi darah
secepatnya. Beliau banyak kehabisan darah. Rumah sakit kehabisan stok darah B,
silahkan hubungi kerabat yang bersedia donor secepatnya.
Yudi : Siap dokter (Lalu bersiap ke luar ruang rawat)
Emak : (dengan
terbata-bata) Yudi!!
Yudi : Iya Mak
Emak : (masih
terbata-bata) Bilang kepada yang bisa donor kalau kita tidak punya cukup
uang untuk membayar mereka. Jika ini saat terakhir Emak, Emak tak ingin
mengecewakan satu orang lagi di dunia ini.
Yudi : (tenggorokannya
tercekat, matanya berkaca-kaca) Ia, yang kuat Mak, Tunggu Yudi!
Dokter : Tolong di usahakan darah secepatnya ya!
****
Pukul
14: 05. Calon pendonor ke pertama
Yudi : Assalamualaikum Des,
Desi : Iya, Waalaikumsalam. Ada apa Yudi??
Yudi : Emak ku kecelakaan Des, butuh darah B
secepatnya, Kalau gak salah, golongan darah mu B kan? Bisa donor gak? Tapi maaf
tidak bisa kasih uang poding.
Desi : Ya Ampun Yud, semoga cepat sembuh ya.
Kecelakaan apa Yud?
Yudi : Diserempet mobil Des, gimana bisa donor
gak?
Desi : (diam
sejenak) Tapi Yud, dari dulu Desi gak berani di suntik. Maaf ya Yud.
Yudi : Oh ya udah kalau gitu, makasih ya
Desi : Sekali lagi maaf ya gak bisa bantu Yud,
tapi Desi emang takut di suntik.
Yudi : Iya, gak apa-apa Des. Makasih sekali lagi.
Aku
khawatir akan kehilangan ibu dan kau hanya khawatir disuntik.
****
Pukul
14: 10. Calon pendonor ke dua.
Yudi : Assalamualaikum Rafi,
Rafi : Waalaikumsalam. Kenapa Yudi?
Yudi : Emak ku kecelakaan Raf, butuh darah B
secepatnya, kau kan berdarah B. Bisa donor tidak? Tapi maaf gak bisa kasih uang
poding.
Rafi : (berpikir
sebentar) Aduh Yud, maaf jam tiga nanti aku ujian final.
Yudi : Tapi kan masih ada waktu sekitar 50
menit lagi.
Rafi : Iya Yud, tapi takutnya nanti aku lemas
tidak bisa ujian.
Yudi : Oh. Ya sudah kalau begitu, makasih ya Raf
Ibuku
hampir mati dan kau khawatir akan lemas
****
Pukul
14: 10. Calon pendonor ketiga.
Yudi : Assalamualaikum Gus, Boleh minta bantu
gak?
Agus : Waalaikumsalam. Bantu apa Yud?
Yudi : Emak ku kecelakaan Yud tadi habis zuhur,
beliau banyak kehabisan darah dan butuh darah B secepatnya, kamu kan darahnya B.
Bisa donor gak? Tapi maaf ya gak bisa kasih uang poding.
Agus : Tapi Yud, aku kan kurus, gak bisa donor.
Kenapa gak si Junaidi aja? Dia kan gemuk?
Yudi : Iya, tapi Junaidi bukan B golongan
darahnya. Memang berapa berat badan mu?
Agus : 50 Yud.
Yudi : 50 bisa gus, kalau gak salah minimal berat
45 kilo kalau untuk donor darah.
Agus : Aduh Yud, maaf ya. Tapi aku lumayan kurus.
Maaf ya, takutnya sakit nanti habis donor.
Yudi : (menghela
nafas panjang) Ya udah, makasih Gus.
Ibuku
sedikit lagi menjadi tulang, dan kau mengeluhkan tulangmu yang masih berbalut
daging
****
Pukul
14: 15 s/d 15.00. Calon pendonor ke 4 s.d. ke 13
Semua
tak bisa karena berbagai alasan. Ada yang tak berani karena takut pingsan,
berhalangan ke tempat lain, sedang sibuk kerja, sedang kuliah, di luar kota,
sakit dan lain-lain.
Ia
cemas akan ibunya yang meregang nyawa dan mereka cemas terganggu atas remeh
temeh yang sedang mereka kerjakan. Atau seperti yang sekilas terlintas
dibenaknya, mereka cemas atas sejumlah uang yang tidak akan mereka dapat.
****
Pukul
15.10 ketika Yudi masuk ke Tempat Rawat ibunya
Dokter : Maaf Nak, Ibu mu tak bisa bertahan. Beliau
terlalu banyak kehabisan darah
Ibu : (tergeletak
kaku tak berdaya)
Yudi : (Air
matanya menetes dan sesunggukan di samping jenazah ibunya)
Dokter : (menghampiri
Yudi dan memegang bahunya) Yang sabar nak, doakan ibumu. Hanya itu yang ia
butuhkan sekarang. Saya akan keluar. 15 menit lagi akan datang perawat yang
akan mengurus jenazah.
****
Pukul
15.20. Masih di ruang rawat
Yudi : (dengan
suara serak) Emak, Kau pernah dengar pribahasa bagai ayam mati di lumbung padi?
Emak : (diam)
Yudi : (tertawa
sinis) Aku bisa memaklumi itu mak. Petani mana yang mau memberi padinya
sia-sia pada ayam? Apalagi ayam itu bukan miliknya
Emak : (diam)
Yudi : (kembali
sesunggukan) Tapi aku tak bisa memaklumi mereka-mereka yang menolak
memberikan darahnya pada mu Mak? Karena kau jelas lebih berharga dari seekor
Ayam. Kau tak seharusnya mati di limpahan milyaran liter darah manusia.
****
****
note : uang poding adalah istilah yang dilekatkan pada sejumlah uang/barang yang diberikan sebagai bentuk "terimakasih" kepada orang lain yang telah lelah/bersusah karena telah bersedia membantu. Uang poding ini sebenarnya tak wajib karena dilakukan dalam proses bantuan yang seringkali membawa embel-embel sukarela. Namun seringkali menjadi "wajib" karena khalayak umum sering memberikannya. Dan sering menjadi pengharapan bagi penerimanya karena pengalaman orang dan pengalaman dirinya sendiri yang pernah menerima uang tersebut.
No comments:
Post a comment