Terkadang
- ketika kegelapan masih mengggantung di langit malam, kesunyian masih terasa,
dan kelopak mata masih seringan kapas – ingatan masa lampau hanya menunggu
detik untuk mengambang di permukaan. Banyak yang diingat, mulai orang-orangnya
hingga peristiwa-peristiwa yang telah lewat. Mulai dari peristiwa yang sangat
penting sampai peristiwa yang aku pun tak tau kenapa mesti diingat. Mulai dari
teman dekat yang berkesan mendalam sampai orang yang tak ku ingat lagi apa
perannya. Dan ketika mencoba untuk mengingat nama mereka semua, aku baru sadar
bahwa banyak nama dari mereka yang terlupakan walaupun gurat wajahnya masih
tergambar jelas. Mungkin karena waktu, nama mereka pun tak lagi teringat. Namun
kenangan bersama mereka, seperti apa mereka dan peristiwa apa yang kami lalui
masih terlukis dengan baik. Yah, mungkin betul apa kata filsuf, “apalah arti
sebuah nama”. Nama mereka bisa saja terlupa, tapi kebersamaan dengan mereka
bagai tulisan yang diukir di atas batu. Banyak orang yang lalu lalang dalam
hidup kita, dan hanya menunggu waktu untuk menjadikan sebagian mereka sebagai
guratan kecil dalam lautan ingatan yang siap terhapus kapan saja. Hanya
penghargaan dan kesan mendalam dari mereka yang mampu menempatkannya di dalam
sana untuk selamanya.
Saat
ini, aku bertanya-tanya dalam hati. Akan kah aku lupa pada kalian seperti aku
lupa pada orang-orang di masa lalu ku. Aku tak bisa memberi kepastian. Tapi
yang ku tau pasti pada saat ini, bahwa kalian memiliki kesan mendalam yang
tidak mudah dilupakan dalam rentang hidup ini. Kalianlah yang meringankan
proses ini untuk mudah dilalui. Aku tak akan berkata bahwa ini kisah dongeng
tentang kalian yang memberikan motivasi dan semangat luar biasa sehingga kita
bisa melalui ini bersama dan aku terbakar semangat karenanya. Tidak. Ini lebih
sederhana. Bagiku ini bagaikan seorang anak yang terus belajar berdiri dan
berlari karena senyum seorang ayah di sampingnya. Seorang Anak belum paham
sepenuhnya pada apa yang dibilang sang ayah karena umur mudanya, tapi ia
menangkap keriangan, kehangatan dan kepedulian yang diberikan sang ayah. Itulah
yang membuat seorang anak bangkit lagi tak peduli luka-luka di sekujur
tubuhnya. Dan proses pembelajaran ini menjadi lebih ringan dengan keriangan,
kehangatan dan kepedulian yang kalian berikan. Sekarang aku mulai merindukan
hal itu. Senyum dan tawa kalian. Terkadang, ketika pergi pagi bersiap
diri menyongsong hari, aku tak menemukan alasan untuk antusias melaluinya. Tapi
membayangkan ada beberapa jam yang akan kuhabiskan dengan kalian sudah cukup
memberikan cahaya terang untuk ku tuju.
Aku
memiliki kebiasaan tertentu setiap kali merasa bahwa masa ku bersama orang di
sekitar akan segera habis. Dan kebiasaan itu telah kulakukan berulang kali pada
masa sekolah ku dulu dan beberapa tempat lainnya yang mengharuskan ku menetap
sekian lama. Disaat terakhir itu, dalam diam aku memandang mereka satu persatu
dan mengingat-ingat apa yang telah kulalui dengan mereka beberapa tahun ini.
Dan aku melakukan hal yang sama pada kalian. Aku Mengingat-ingat kenangan di
tempat ini yang telah kulalui beberapa tahun terakhir. Bagiku Tempat ini ibarat
sarang burung pada dahan pohon tertinggi. Aku bersama kalian merupakan burung-burung yang telah lama di suapi
ilmu dalam sarang oleh induk dosen tercinta. Disuapi induknya
untuk siap terbang menempuh hidup dan mandiri suatu saat nanti. Menurut takdir,
kita bersama di sini untuk untuk berpisah suatu hari. Dan saat ini,
Burung-burung mungil yang mendewasa itu pun sudah siap pergi bersama
angin ke sudut cakrawala terindah yang ingin dituju.
Aku
yang masih di sarang bersedih menatap punggung kalian yang siap terbang meraih
mimpi. Aku bukan sedih karena ditinggal seorang diri. Hanya terbesit dalam hati,
di luasnya hamparan udara yang mesti kau arungi, tak mungkin bagi ku untuk
mengikuti. Sarang yang terletak di ujung dahan pohon ini menyediakan banyak
arah mata angin yang bisa kau tuju bagaikan titik kecil yang terletak di bagian
inti bola. Dan tak mungkin bagi ku untuk menyamai arah tujuan mu. Karena
bagaimanapun, kita datang dan pergi dari dan ke arah yang berbeda. Aku tak akan
menahan mu kawan, karena pastinya akan tiba bagiku untuk untuk berdiri di sudut
sarang dan melangkah bersama angin seperti mu sekarang ini. Aku hanya ingin
mengucapkan selamat menempuh dan menuju sudut cakrawala indah untuk kau tuju.
Semoga kau sukses sampai disana.
Mungkin
ini saat terakhir bagi kita kawan. Kau tak kan lagi kutemui sesering aku
menemui mu di pagi-pagi sebelumnya. Langkahku tak lagi ditemani ocehan mu
sepanjang perjalanan. Sudut bibirmu yang memanjang tak lagi menghiasi hari ku
selanjutnya. Kedekatan kita mungkin akan tergantikan dengan sosok lainnya. Tapi
bagi ku kenangan bersama kalian tak akan pernah berakhir dan hilang dari
ingatan ini. Mungkin saja aku akan melupakan nama mu suatu saat nanti seperti
aku melupakan nama orang-orang dari masa laluku. Tapi terlalu banyak dan
berharga kenangan bersama kalian untuk dilupakan. Suatu saat nanti, kenangan
bersama kalian akan mencipta senyum seperti aku tersenyum pada masa lalu ku
bersama rintik hujan di bawah langit gelap. Suatu saat nanti, akan ada banyak
cerita dan petuah yang kuceritakan kepada generasi berikutnya tentang
kebersamaan ku dengan kalian. Aku berharap kalian terbang bahagia bersama mimpi
indah mu kawan. Aku berharap dapat berjumpa dengan mu lagi dan menemukanmu
dalam keadaan baik-baik saja. Aku berharap dapat melihat lagi senyum indah mu
itu suatu saat nanti.
sumber gambar: www.youthareawesome.com
sumber gambar: www.youthareawesome.com
Eaa tulisannya semakin bergaya lagu Sheila on Seven saja yaa,
ReplyDeletehehe (nggak tau kimen apa saking bagusnya)
hehehe, lagi mau coba2 pakek diksi yang aneh2 bg azhar
ReplyDeleteGood Job. :)
ReplyDeleteLanjutkan.
makasih bg darman :)
ReplyDelete