Ah
aku tak punya alasan untuk menangis. Tak ada hubungan apa-apa diantara
aku dengannya, jadi buat apa ku menangis. Dia memang selalu ada di sudut
mata. Bukan karena ketidakpedulian aku menempatkannya di sana. Justru
karena dia spesial. Karena bagaimana pun aku memandang ke lain arah, aku
selalu memastikan dia masih ada di sana, di sudut mata. Karena
memandang secara langsung hanya membuatku salah tingkah, kikuk
karenanya. Karena memandang secara langsung hanya menjadikanku seperti
penggemar seorang tersohor. Aku melihat dan dia tidak. Aku tak mau
tampak bodoh seperti itu. Tapi cukupkah itu menjadi alasan aku menangis?
Tidak,tak ada cerita di antara kita dan aku sudah terlalu banyak
menangis karenanya. Sudah cukup.
Kenapa kau tak gembira saja? Kalau kau cinta dia? Mestinya kau turut bahagia.
Ah,
sekali lagi kawan. Aku bukan orang yang baik budinya. Bagaimana aku
dapat bahagia? Tak ada hari tanpa ku sebut namanya beberapa tahun
terakhir. Dan sekarang kau menyuruh ku bahagia. Tak akan sobat.
Lalu kau akan membencinya?
Aku
tidak berkata seperti itu. Dia memang tak menjawab cintaku waktu itu.
Tapi apa salah dia? Dia hanya berkata kalau dia tak ingin cinta yang tak
pada waktunya. Dia tak ingin menjalin hubungan yang tak semestinya. Dia
hanya menjalankan perintah dari tuhannya. Dari tuhanku. Tapi haruskah
aku marah? Haruskah aku marah pada tuhan yag telah menetapkan aturan
itu? Ah, itu tak logis kawan. Aku memang bukan orang yang religius. Tapi
aku tak mau membantahNYA.
Dan sekarang dia membalas cinta lain? Tak membalas cinta mu? Bukankah itu tak adil? Kenapa kau tak marah sobat? Itu normal
Jadi
maksud mu aku mesti marah karena pilihannya?. Kau terlalu naïf sobat.
Kalau ada seorang wanita mencintaimu dan wanita itu bukan tipe mu,
akankah kau membalas cintannya? Tentu tidak, karena wanita itu bukan
tipe mu. Dan dalam kasus ku, mungkin aku bukan tipenya? Salah kah itu?
Jadi apa yang kau lakukan sekarang?
Aku
tak tau sobat. Aku sungguh tak tau. Jujur dia masih ada dalam hatiku.
Tapi aku tak ingin menangis lagi. Lagipula aku seorang laki-laki. ku tak
ingin marah padanya. tak ingin membencinya. Aku tak ingin membuat
suasana hatiku hancur karenanya. Melihat ke depan dan tak terlalu
menghiraukan perasaan mungkin lebih baik. Mungkin bukan solusi terbaik.
Tapi setidaknya lebih baik daripada meratapi nasib dan mengutuk takdir.
Banda Aceh, 17 desember 2013.
01: 31 tengah malam.
No comments:
Post a comment