Malam itu, sekitar jam 22:00 saya sedang melamun di pinggir
jendela. Maklum, teman satu kamar yang biasanya jadi teman ngobrol sedang
pulang kampung sebulan belakangan. Di sela lamunan, tiba-tiba masuk seekor
kupu-kupu dari jendela yang sengaja di buka lebar agar masuk udara segar. Saya
sempat tersenyum mengingat ucapan "orang tua" dulu bahwa jika
kupu-kupu masuk ke dalam rumah maka akan ada tamu yang datang. Dalam hati saya
bertanya, siapa pula tamu yang datang hujan-hujan seperti ini?. Yah, lagian
kepentingan mendesak apa sampai seseorang mau bertamu semalam ini. Entahlah. Yang
jelas, sama seperti mitos kedutan pada tubuh yang katanya memiliki makna, bagi
saya mitos kupu-kupu masuk ke rumah pun tak memiliki
makna dan arti apa-apa.
Karena merasa tak ada kepentingan lain, saya pun tarik selimut lebih
awal. Namun tengah malam saya terjaga dan mendapati diri dalam keadaan gelap
gulita. Sial, pulsa listrik prabayar habis. Lebih sial lagi, HP bersenter yang
biasanya diandalkan dalam situasi seperti ini habis batrei. Saya tak bisa
tidur dalam gelap. Pengalaman beberapa kali
"diganggu" sudah cukup membuat traumatik untuk mematikan lampu
sebelum tidur.
Saya mencoba melihat dalam gelap namun hasilnya nihil karena tak
ada cahaya sedikit pun. Saya hanya bisa memandang kosong dan berharap tak
terjadi apa-apa di sela lelap. Namun sesaat setelah berharap, kejadian yang
tidak diinginkan dalam situasi seperti inipun terjadi. Jantung saya seakan
meledak ketika terdengar suara dentuman kecil dari suatu tempat sebanyak tiga kali.
“tok tok tok”
Saya tak tak tau dari mana, tapi yang jelas suara itu terasa
dekat.
Setelah itu saya merasa tak sendirian di kamar. Ada makhluk
lain. Dan saya yakin sedang dipandang olehnya. Apakah ini tamu yg dimaksud
kupu-kupu tadi? Tubuh saya gemetar karena ngeri. Saya pun berbalik badan
menghadap dinding. Takut untuk memandang kosong dalam gelap pada sisi kamar yang
mungkin di situlah si makhluk berdiri memandang.
Hening dan gelap pun berlanjut. Di dalam selimut, saya berjuang
sekuat tenaga menghalau rasa takut.
Kemudian saya hampir berteriak ketika mendengar suara kucing
mengeong saling bersahutan tepat di luar kamar. Seperti suara kucing yang
sedang meniru suara manusia. Saya berusaha menutup kuping sekuat tenaga dan
mengalihkan pikiran ke hal lain. Mengalihkan dari pikiran bahwa si kucing
sedang berbicara atau memanggil makhluk yang sedang ada di kamar.
Setelah “mengaum” selama dua menit, kucing-kucing itu berhenti
bersuara. Namun lagi-lagi saya kembali mendengar suara-suara. Dari kejauhan,
saya mendengar anjing menggongong. Ya ampun, pertanda apa lagi ini?
Sungguh malam yang mengerikan.
Lalu udara di kamar pun manjadi sangat dingin. Tak biasanya
kamar ini menjadi dingin seperti ini. Saya menggigil sambil berkeringat
bersamaan.
Suara anjing menggonggong itupun berhenti dan yang tersisa hanya
kesunyian.
Dalam sunyi, lagi-lagi saya mendengar suara-suara. Kali ini suara
nafas yang tertahan-tahan. Saya berhenti bernafas untuk memastikan bahwa itu
bukan nafas saya. Namun sial, suara itu tetap ada walapun saya berhenti
bernafas. Bunyinya seperti pengucapan huruf H yang berkepanjangan. Saya
berusaha untuk tak gemetar agar tak terlihat takut oleh makhluk yang sedang
memandang. Lalu tiba-tiba, “GDEBUK”.
Ranjang tempat saya berbaring bergoyang. Saya pun berteriak
histeris sekuat tenaga.
Lalu dari atas, ada yang melotot terus berbicara, “hai gam,
ngapain kau teriak malam-malam?. Ngapain pulak kau buka jendela dingin-dingin
gini?”
Lupa, teman satu kamar udah pulang tadi jam 11 malam. Dia tidur
di ranjang atas.
Sumber Gambar : adahantu.com
Sumber Gambar : adahantu.com
No comments:
Post a comment