Berita yang diragukan
kebenarannya banyak bertebaran saat ini, baik itu dimedia televisi, Koran,
internet, radio dan lain-lain. Maklum saja, saat ini tidak hanya iklan yang
menjadi pemasukan para penyedia berita, bahkan berita pun bisa berbayar.
Hal ini diperparah lagi dengan berbagai kepentingan yang mempengaruhi
subjektifitas dan “ke-alay-an” para penyedia berita. Hal inilah yang
membuat saya selalu membaca berita dari beberapa sumber yang bertolak belakang
untuk mengambil kesimpulan. Saya selalu membaca berita yang kontra dari
pembentuk opini awal. Saya suka melihat berbagai perspektif, lalu mengambil
kesimpulan berdasarkan pilihan dan logika yang ada. Dan jika kesimpulan yang
benar sudah didapat, biasanya saya akan sumpah serapah pada media yang
menyebarkan berita bohong.
Musim pemilu seperti sekarang, media
menjadi sebuah alat untuk mendapatkan informasi tentang calon pemimpin kita
mendatang. Di sini media memainkan perannya untuk membentuk opini masyarakat. Selain
berita-berita yang memiliki nilai jual, banyak artikel/berita yang dibuat oleh
pendukung capres tertentu. Baik itu di media mainstream, media warga seperti kompasiana, bahkan blog. Tujuannya
untuk mendulang popularitas si Capres. Oleh karenanya, saya selalu berusaha
mengenal suatu capres bukan hanya dari artikel/berita yang mendukungnya saja,
tapi juga yang kontra. Perburuan ini pun menciptakan suatu hasil. Hasilnya adalah
Anies baswedan merupakan capres yang saya kagumi dari berbagai informasi yang
berseliweran di berbagai media. Saya akui, artikel kontra tentang beliau pun
ada, tapi menurut kesimpulan yang saya ambil, itu hanyalah tuduhan tanpa bukti,
tendensius menjatuhkan dan berasal dari data yang tak jelas. Dan kenyataannya
–setahu saya- belum ada satupun media nasional yang memuat berita kontra
tentang anies baswedan.
Inilah calon presiden yang saya
dukung dengan logis dan berdasarkan kekaguman yang luar biasa. Dan saya
optimistis Pak anies akan memenangkan konvensi capres partai demokrat. Namun
apakah rasa optimis saya beralasan? Lawannya kan menteri, ketua DPR, gubernur
dan lain-lain? bisa kah Pak Anies menang melawan “orang-orang hebat “ itu?. Tentu
saja saya memiliki alasan tersendiri. Ada beberapa karakteristik yang dimiliki
Anies baswedan yang mengungguli calon-calon presiden lainnya. Ini dia:
1. Mampu menggerakkan massa.
Kita semua tahu
bahwa banyak media televisi dan koran yang dimiliki oleh para politikus. Selain
tempat meraup keuntungan - bagi para politisi - media ini memberikan keuntungan
ganda untuk untuk memperkenalkan diri dengan murah pada masyarakat. Bahkan sebalum
Pileg di mulai, kita dibombardir dengan pemberitaan salah satu capres yang
menjadi media darling. Walaupun
sekarang berita tentang capres tersebut sudah jarang karena menjadi lawan sang
bos televisi dalam dunia politik.
Selain berita,
bahkan kita dijejali dengan banyaknya iklan di TV dengan umbar kata manis
seribu janji. Di jalan-jalan raya, foto mereka dimana-mana mengalahkan iklan
produk susu sapi. Tapi pernah kah kita melihat baliho dan iklan Anies di jalan
raya dan pohon tua dipinggir jalan. Seringkah kita melihat Pak Anies di
televisi. Jawabannya sering, tapi lebih sering tampak pada acara talkshow
tertentu yang membosankan bagi masyarakat awam yang mendominasi negeri.
Tapi tahukah
anda bahwa beberapa survey justru menempatkan Anies Baswedan sebagai jawara
atau runner up pemenang konvensi capres Partai Demokrat. Tanpa iklan dan berita
yang bombastis, hal ini sungguh mustahil. Tapi inilah kenyataannya, berkat
usaha relawan turun tangan tak berbayar yang berjumlah 25000 lebih.
Betul kata Anies Baswedan ,“Gaung kontribusi 1 relawan jauh lebih dahsyat dari seribu billboard sebesar apapun!”. 25000 memang jumlah yang sangat kecil jika cakupannya seluruh tanah air. Tapi tanpa berbayar sepeserpun dan bergerak dengan keikhlasan hati, 25000 merupakan jumlah yang sangat sangat besar di tengah banjir politik uang seperti sekarang ini. Saya membayangkan, jika beliau mampu merekrut jumlah relawan sebanyak itu dengan dianya yang “bukan siapa-siapa”, berapa banyak lagi orang yang bergabung dengan relawan turun tangan jika beliau merupakan salah satu dari tiga atau empat calon presiden. Sebuah kemampuan menggalang dukungan yang hebat dari Anies Baswedan dapat melipat gandakan jumlah relawan dari jumlah saat ini. Kebaikan akan menemukan jalannya sendiri untuk muncul dipermukaan. Saya yakin, Politik bersih suatu saat akan menang melawan pilitik uang. Yakin!!!
Betul kata Anies Baswedan ,“Gaung kontribusi 1 relawan jauh lebih dahsyat dari seribu billboard sebesar apapun!”. 25000 memang jumlah yang sangat kecil jika cakupannya seluruh tanah air. Tapi tanpa berbayar sepeserpun dan bergerak dengan keikhlasan hati, 25000 merupakan jumlah yang sangat sangat besar di tengah banjir politik uang seperti sekarang ini. Saya membayangkan, jika beliau mampu merekrut jumlah relawan sebanyak itu dengan dianya yang “bukan siapa-siapa”, berapa banyak lagi orang yang bergabung dengan relawan turun tangan jika beliau merupakan salah satu dari tiga atau empat calon presiden. Sebuah kemampuan menggalang dukungan yang hebat dari Anies Baswedan dapat melipat gandakan jumlah relawan dari jumlah saat ini. Kebaikan akan menemukan jalannya sendiri untuk muncul dipermukaan. Saya yakin, Politik bersih suatu saat akan menang melawan pilitik uang. Yakin!!!
2. Sosok yang muda dan baharu
Entahlah, saya
memiliki keyakinan jika partai demokrat mencalonkan capres tua dari partainya,
maka kemungkinan yang memenangkan Capres adalah dua orang, yaitu Jokowi dan
prabowo. Mungkin ini subjektif, tapi masyarakat akan melirik sesuatu yang
berbeda ketika Capresnya hanya melulu
mereka berdua. Ibarat seorang laki-laki yang kesetrum mukanya untuk menoleh wanita cantik yang berbeda dari yang
sebelumnya ia kenal. Dan partai demokrat harus menampilkan tokoh yang berbeda
dari dua tokoh di atas.
Tiga orang yang
memiliki nilai tinggi dari berbagai lembaga survey adalah Anies Baswedan,
Dahlan Iskan dan Gita Wirjawan. Dahlan iskan yang digadang-gadang sebagai
pemenang konvensi memiliki kemiripan dengan Jokowi dengan blusukan dan aksi
nyentriknya. Sedangkan Gita wirjawan terkendala pada kenyataan bahwa beliau
bukan tokoh baru dan pernah menjadi mentri pada masa SBY. Tokoh yang memiliki kriteria
keduanya adalah Anies Baswedan. Beliau masih berusia 45 tahun, memiliki
Gebrakan baru dengan posisinya yang sekarang seperti Gerakan Indonesia
mengajar, Kelas Inspirasi serta Gerakan turun tangan, memiliki segudang
penghargaan dan prestasi baik dalam maupun luar negeri dan yang lebih penting
Track Recordnya bersih. Melihat dengan jabatan kecil beliau sudah berbuat
banyak, maka saya membayangkan lebih banyak lagi yang mampu beliau buat ketika
menjadi presiden nantinya.
3. Faktor “Wah” dari Anies Baswedan.
Jika anda pernah
melihat Anies Baswedan berbicara, mungkin anda akan kagum dengan beliau.
Kata-katanya begitu bermakna, menggugah rasa di dada, dan berayun-ayun dengan
pengucapan lugas membangkitkan optimisme para pendengarnya. Saya sudah
melihatnya di Youtube dan Live streaming ketika debat capres. Bahkan terkadang
air mata keluar bukan karena sedihnya namun karena kebanggaan dan sentuhan hati
yang begitu mendalam. Orang-orang yang tergabung dalam relawan turun tangan
memilih untuk bergabung setelah melihat video beliau berbicara. Dalam hal
berbicara dan mempengaruhi orang lain, Anies baswedan nomor satu dibandingkan
capres konvensi lainnya.
Saya membayangkan,
jika dalam debat presiden nanti hadir Jokowi, Prabowo dan Anies Baswedan. Katika
berbicara, semua mata akan menuju pada Anies, lalu orang-orang yang belum
mengenal beliau menjadi tertarik, tergugah hatinya, lalu bertanya, “ini siapa
sih, kok keren banget?”. Bukankah perkenalan seringkali diawali dengan sebuah
rasa penasaran. Disinilah Anies Baswedan memiliki nilai jual. Apalagi jika
dipasangkan dengan cawapres yang berkualitas semisal pak Mahfud MD. Beuuuh,,
keren abis.
Dibandingkan calon Capres lain,
saya akui bahwa Anies Baswedan memang kurang cukup populer. Tapi apa
hubungannya antara kepopuleran dengan kemampuan memimpin. Jika populer itu
baik, kurang populer apa presiden sekarang. Namun tak bisa dipungkiri juga
bahwa masyarakat hanya memilih kepopuleran dibandingkan program dan prestasi.
Itulah sebabnya Pak Anies Baswedan dan relawan juga mengejar kepopuleran dengan
mengenalkan Anies kepada masyarakat melalui politik bersih. Bukan dengan
politik uang sehingga menimbulkan masa balik modal selama lima tahun kedepan.
Bukan dengan berhutang pada pengusaha untuk memasang iklan sehingga munculnya
praktek balas jasa semasa jabatan dengan para pengusaha. Semoga Anies Baswedan
menjadi presiden Republik Indonesia tahun 2014. Amin.
Saya tak mengerti politik, pun tak kenal tokoh2nya. Menurut saya, politik itu terlalu membingungkan. Batas antara yang salah dan benar itu terlalu kabur. Tapi ada satu hal menarik setelah saya melihat profil beliau web resmi. Saya terharu. Entah bagaimana sosok beliau di dunia nyata, karena saya ga kenal, tapi beliau luar biasa. Kaya kata Ikbal, kata-katanya itu bisa bikin dada bergemuruh.
ReplyDeletehehe, iya kak..
ReplyDeletedulu kalo liat acara talkshow di tv menghadirkan tokoh pilitik, langsung pindah siaran lain..
tapi kalo pak anies nampil di TV pasti ditungguin,, hehe