Berbicara
tentang film, siapa sih yang tidak suka film. Ditengah kepenatan
setelah bekerja, film menjadi alternatif termudah untuk mengistirahatkan
badan dan menghibur pikiran yang penat. Selain hiburan murah dan
simpel, film memiliki manfaat lain yang lebih penting. Yakni kita
mendapatkan hikmah atau pengalaman yang berarti setelah menonton film.
Bayangkan, kalau di Film sang tokoh harus melalui 60 tahun hidup untuk
mengerti makna kehidupan, maka penonton hanya perlu duduk manis satu jam
setengah untuk merasakan perjuangan dan pengorbanan sang pemeran film.
Gampang kan?.
Kritik untuk film tanah air (contoh film tanah air).
Penulis
dan sebagian pembaca mungkin termasuk orang yang tidak hanya mencari
manfaat hiburan semata dari sebuah film, sebagian dari kita mencari
hikmah dan pesan moral. Dan Film memiliki seni dan cara yang berbeda
dalam menyampaikan pesan. Jika sebagian dari kita merasa bosan dengan
pesan yang disampaikan secara verbal, menggurui dan membosankan. Maka
film mengemasnya dalam versi yang lebih menarik dan lebih mendalam.
Sehingga penonton tertarik melihatnya sampai akhir.
Namun
sayangnya, hal inilah yang menyebabkan penulis dan sebagian orang
kurang berminat dalam menonton Film dalam negeri. Sebagian besar Film
tanah air masih belum kreatif dalam menyampaikan pesan moralnya. Sering
kali pesan moral yang ingin disampaikan mengalir secara bebas dari salah
seorang pemerannya. Sehingga terkesan sekali menggurui dan tak
kreatifnya.
Sebagai
contoh, penulis sebelumnya merasa penasaran dengan status beberapa
kawan di Facebook tentang Film 5 CM. Penulis tertarik karena beberapa
kali melihat satus mengenai film tersebut dan banyak teman-teman
menyarankan untuk menonton. Setelah hunting beberapa lama, penulis
merasakan kekecewaan yang sama setelah menonton film Indonesia lainnya.
Pada bagian awal film ini sungguh lucu, namun menjelang pertengahan dan
akhir film betul-betul membosankan. Bahkan di salah satu bagian film
tepatnya ketika Zafran dan anggotanya menatap Gunug simeru dari kejauhan
diatas sebuah mobil Jeep, mereka berlima mengucapkan kalimat yang
sungguh motifatif dan bersahutan satu sama lain serta sangat terasa
dipaksakan. Penulis sempat bergumam dalam hati,” kenapa jadi pada puitis
semua ni pemain film”. Di akhir bagian film, cara yang tidak kreatif
kembali ditampilkan ketika menyampaikan pesan moral. Mereka berenam
berdiri di depan sebuah bendera dan entah kenapa ada puluhan orang yang
berbaris di belakang mereka. Di depan puluhan orang, Satu-satu pemeran
sambil menangis mengucapkan kata-kata puitis dan motivatif tentang
kecintaan mereka terhadap negeri ini. Sangat terkesan kejanggalannya.
Seandainya kejadian itu benar dan penulis menjadi puluhan orang yang
berbaris di belakang mereka ber enam. Penulis akan mencolek teman
sebelah dan bertanya, “eh, kita ngapain sih baris di belakang? Terus
kenapa kita jadi dengerin ceramahan mereka berenam? Siapa sih mereka?
Nangis-nangis segala, foto-foto yuk, mau ujan nih”. Hehe. Sangat
terlihat dipaksakan. Pesan moral yang ingin disampaikan sangat baik
untuk mencintai tanah air. Namun pemaksaan setting dan alur cerita hanya
akan membuat film terkesan seperti video motivator yang sudah banyak di
pasaran.
Mengambil
contoh film luar negeri. Seandainya film TITANIC menyampaikan pesan
cinta nya terlalu verbal. Film ini pasti tak akan laris dipasaran. Salah
satu Pesan yang di sampaikan film ini adalah cinta tidak memandang
strata atau tingkatan. Tapi adakah dalam dialog di film ini yang
menjelaskan kenapa cinta itu tidak mengenal stara?. Coba bayangkan jika
Rose berakata pada bg Jack, “wahai jack, cinta itu suci, jangan hinakan
diri kita dengan menjual cinta dengan uang”. Udah kayak sinetron
Indonesia aja kedengerannya. Atau film Hangover yang menceritakan
perjuangan tiga orang sahabat yang mencari temannya hilang. Seandainya
salah satu pemeran menceramahi penonton tentang penting nya
persahabatan, tentu film ini menjadi sangat membosankan.
Film
merupakan salah satu cara kreatif untuk menyampaikan salah satu pesan
moral agar tidak terkesan menggurui dan membosankan. Namun jika sama
seperti ceramah-ceramah dan video motivator, di mana letak kreatifnya?
No comments:
Post a comment