Sungguh saya tidak
kenal beliau. Saya adalah anak kampung dari provinsi di ujung Sumatra,
tepatnya Provinsi Aceh Kabupaten Pidie. Pidie? Bagi kalian yang tinggal
di daerah kota sana? Pernah kah kalian dengar Pidie?. Untuk anda
ketahui, “Itu sebuah kabupaten”. Berbeda dengan tingkat kecamatan di
Jakarta yang selalu kami dengar di Televisi kami. Saya yakin, sedikit
dari kalian yang pernah dengar kabupaten ini. Jadi jangan kalian katakan
kalau tulisan ini dibuat karena saya adalah kerabat Anies Baswedan atau saya dibayar menulis ini. Berjumpa pun saya tidak pernah.
“Hubungan” saya dengan Anies Baswedan bermula dari acara bincang-bincang di stasiun TV swasta pada tahun 2011. Acara bincang-bincang tersebut menampilkan Anies Baswedan
tidak lebih dari 20 menit. Sebuah acara yang memancing saya untuk
mencari lebih jauh siapa Anies Baswedan. Pertanyaan tentang siapa
beliau, kenapa beliau begitu pintar serta apa yang telah dilakukannya
selama ini membuat saya sangat penasaran setelah menonton acara
bincang-bincang itu. Sebuah acara yang membuat saya antusias ketika
mendengar nama beliau di kemudian hari. Dan
semakin saya membaca artikel tentang beliau, prestasi-prestasinya,
tulisan yang beliau buat dan video youtubenya, semakin saya kagum dan
jatuh cinta pada beliau. Gaya komunikasi nya yang tenang dan inspiratif
selalu membuat saya bergetar. Sebuah
gaya bicara yang belum pernah saya dengar dari pemimpin negeri ini.
Gaya bicara yang memancing pendengar untuk menyimak kata perkata.
Mendengar beliau ikut
serta dijadikan calon presiden pada Konvensi Partai demokrat. Hati saya
ikut senang dan sedih. Hati saya ikut senang karena akhirnya saya
menemukan alasan untuk memilih dengan sepenuh hati pada 2014. Hati saya
senang karena Akhirnya harapan bahwa negeri ini dipimpin oleh orang yang
tepat menjadi semakin besar. Akhirnya orang yang pantas memiliki
kemungkinan untuk menjabat di posisi yang pantas dan menentukan. Namun
hati saya sedih karena beliau tidak mempunyai modal dana besar untuk
memperkenalkan diri pada masyarakat. Beliau tidak memasang iklan di
berbagai media karena tidak memiliki cukup banyak uang. Beliau takut
untuk meminjam banyak uang pada pihak tertentu untuk memasang iklan
kampanye. Karena beliau takut dan punya moral untuk tidak menjual Negeri
ini untuk balas budi jika jadi presiden nanti. Saya sedih karena di
Partai tempat beliau mengikuti konvensi kemungkinan calon presiden di
pilih oleh lingkaran kekuasaan partai masih besar. Saya sedih karena
media hanya mau “menjual” calon presiden hanya berdasarkan keuntungan.
Saya sedih karena media hanya mendarlingkan satu orang, dan hanya
mendarlingkan pemimpin usaha mereka.
Mungkin sebagian dari kalian akan berkata bahwa Aneis Baswedan
belum teruji kepemimpinannya. Namun tahukah anda apa jabatan besar yang
pernah di jabat Soekarno sebelum menjadi presiden? Tahukah anda apa
jabatan Obama sebelum menjadi presiden? Apakan mereka memiliki banyak
pengalaman untuk memimpin?
Beliau memang tidak
besar dipandangan mata kalian. Namun saya memandang beliau dari hal-hal
kecil. Saya melihat beliau Dari pengabdian beliau dalam gerakan
Indonesia mengajar, kelas inspiratif, Indonesia menyala. Saya memandang
beliau dari pengakuan-pengakuan media luar negeri atas kemampuannya.
Saya memandang beliau dari ketidakinginannya menjual negeri nantinya
apabila berhutang banyak untuk melakukan kampanye. Saya memandang beliau
dari pengabdiannya selama ini. Dan saya ingin melihat beliau menjadi
pemimpin negeri ini.
Untuk menjawab keraguan kalian, silahkan berkunjung ke Sini
Salam dari Warga Negeri di Tempat Entah Berantah.
No comments:
Post a comment